Minggu, 08 Maret 2015

Kutipan Novel Taman Sunyi Sekala (2006)

Apakah seni dan seniman ?

Seni adalah ketika aku berjalan di sebuah galeri, lalu aku berhenti sejenak di depan lukisan dan menikmati setiap lekuk warna dan bentuk yang terkanvas.

Seni adalah setiap aku menorehkan apa yang ada di benakku.

Seni adalah memaku diri di depan riuhnya ombak lautan, lalu merasakan tiap deburan ombak yang membawa pasir itu sebuah tarian kosmis, penghubung antara tantra dan kuantum.

Seni adalah menyendiri untuk mengenali diri, lalu ia berkarya untuk memuaskan diri. Ini adalah ritual tertinggi dalam memahami diri; bahkan sekadar memilih buku mana yang akan dibaca pun termasuk seni, karena ia tak melepaskan proses pikir dan menghasilkan. Dan, berpikir tidak selalu menggunakan rasio. Ada hal yang lebih sakti dan merupakan mesin ajaib yang membuat proses pikir menulis dibilang seni. Yaitu kokoro. Kata dalam diri. Jiwa dalam sukma. Akal dalam budi. Ini yang membatasi seni yang kadang tak mau terbatas. 

Seni adalah kesetiaan mencipta tanpa takut gagal dicemooh orang, dan..

Seniman adalah orang yang tak pernah merasa dirinya takut dianggap gila hanya karena ia berbeda norma dengan yang lain.

Seniman adalah orang yang bekerja dengan mendengarkan suara batin dan berkarya berdasarkan keyakinan dan imajinasi.

Seniman adalah orang yang membuahkan karya dan tidak berpikir rumit apakah karyaku ini akan membentuk komunitas atau tidak, memberi sumbangsih atau tidak, karena mereka tahu bahwa diri yang jelas nyata ada itu akan memberikan sumbangsih kepada dunia meski ia diam dan tak melakukan apa-apa.

Jadi, mengapa seniman terlalu repot memikirkan apakah karya seninya itu produktif, diakui, diberi label halal, ataukah menjadi booming? Ia seharusnya lepas dari ini. Kita seharusnya tidak terikat dengan ketakutan-ketakutan semacam ini. 


Menjadi seniman itu menyenangkan. Karena hanya dengan menjadi seniman, gila dianggap normal. Like, home sweet home for me.
- Aida Vyasa dalam Taman Sunyi Sekala hal.124-127

0 komentar:

Posting Komentar