Perang menyisakan puing penderitaan selain kematian. Penderitaan panjang yang tak mudah hilang.
The Book Thief mengisahkan seorang gadis 12 tahun yang kesepian setelah berpisah (dipisahkan) dengan ibunya. Terlebih ketika sang adik meninggal dalam perjalanan menuju rumah orang tua asuh di lain daerah. Liesel Meminge (Sophie Nélisse), nama gadis ini. Ia gadis pendiam dan suka membaca buku.
Pada suatu malam pas hari ulang tahun Fuhrer (Hitler) semua penduduk berkumpul di halaman luas untuk mendengarkan pidato. Selepas pidato, berlanjut pembakaran buku. Seluruh warga membuang buku dalam api unggun besar berbahan buku. Liesel membuangnya dengan enggan ketika di paksa Franz German, teman sekolahnya. Setelah semua orang pergi, Liesel mengambil salah satu buku yang belum terbakar sepenuhnya. Hal itu diketahui istri walikota yang berpidato tadi.
Lagi, sebuah peristiwa terjadi pada malam hari yang dikenal Malam Kaca Pecah. Pembersihan ras Yahudi di Jerman. Salah seorang pemuda Yahudi berhasil selamat, Max Vandenburg (Ben Schnetzer).
Ayah asuh Liesel, Hans Hubermann (Geoffrey Rush) menolong dan merawat Max. Ayah Max adalah teman Hans semasa perang sebelumnya. Dan Hans merasa berhutang budi padanya. Ayah Max mati karena menyelamatkan Hans.
Dalam film ini kita bisa melihat betapa kebaikan Hans dan istrinya, Rosa.
Menyembunyikan orang Yahudi sangat berbahaya bagi Hans dan keluargnya. Maka ia meminta Liesel untuk tidak menceritakannya pada orang lain, termasuk Rudy. Satu-satunya teman dekat Liesel. Di basement Hans-lah Max bersembunyi. Suatu hari hampir saja ketahuan ketika ada razia warga oleh pihak militer. Kalau saja ia ketahuan, pasti keluarga Hans mendapat hukuman.
Max banyak memberi motivasi kepada Liesel tentang menulis dan membaca. Hingga Liesel punya keberanian untuk mencuri buku-buku di rumah Bürgermeister (seperti walikota) langganan laundry Rosa Hubermann (Emily Watson).
Liesel sudah menganggap Max seperti keluarganya sendiri. Sama-sama kehilangan orangtua karena rezim berkuasa.
Ada haru dan tangis. Ada yang datang ada yang pergi. Begitulah perang. Musik, dongeng dan puisi bisa jadi penghibur yang manjur meski untuk sementara.
Akhirnya Max pergi demi keselamatan keluarga Hans.
Bom-bom berjatuhan dari langit. Rumah-rumah penduduk hancur. Seluruh keluarga Hans tewas kecuali Liesel. Rudy juga tewas.
Dua tahun kemudian tentara Amerika menduduki Jerman. Max mengunjungi tempat kerja Liesel. Liesel mendatangi dan memeluknya.
Akhir yang sedih dan bahagia. Layak untuk ditonton bila kamu merasa sebagai penulis.
Untuk review lainnya, silakan baca:
* * *
Dalam situasi perang dan doktrin Hitler yang demikian, rasa kemanusiaan tidak mendapat tempat. Berapa banyak orang yang kehilangan anggota keluarganya. Film ini mengisahkan secuil cerita pada masa menjelang Perang Dunai II.
Seperti surat-surat para prajurit di medan perang dalam buku "
Surat-surat Penghabisan dari Stalingrad" karya terjemahan Landung Simatupang. Di sana dikisahkan rindu, rasa cinta yang hilang, keluarga, darah, kekurangan gairah, dan lainnya. Begitu mencekam suasana perang yang dialami serdadu-serdadu itu!
Kutipan-kutipan film The Book Thief (2013)
Jika aku mati sebentar lagi, pastikan mereka menguburku dengan benar.
(21:36)
Kembalilah dengan jumlah yang tepat atau jangan kembali sama sekali.
(45:27)
Seorang Ibu takkan pernah menyerah demi anaknya.
(53:22)
Semua Ibu sayang anaknya. Bahkan Hitler.
(54:01)
Ingatan adalah juru tulis jiwa (jiwa juru tulis?) (Aristoteles).
(57:47)
Jika matamu bisa bicara, apa yang akan dikatakannya?
Mendung = Ini hari yang pucat. Semua terjebak di balik awan. Dan matahari tak terlihat seperti matahari. Seperti tiram perak?
(58:16)
Dalam agamaku, kami diajarkan bahwa semua makhluk hidup, semua dedaunan, semua burung bisa hidup karena mengandung kata rahasia untuk hidup. Itulah satu-satunya perbedaan antara kami dan segumpal tanah. Sebuah kata. Kata-kata adalah kehidupan,..
(67:45)
Untuk seorang sahabat, kau banyak menyimpan rahasia sendirian.
(73:35)
Kau bisa menemukanku dalam kata-katamu. Di situlah aku akan hidup.
(94:43)
Yang kupelajari adalah hidup tak membuat janji.
(112:31)
7/10